Problema berkaitan dengan
perkembangan fisik dan motorik.
Pada
masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik
pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan
fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat
menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan
fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja
membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat
menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Problema berkaitan dengan
perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa
remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat.
Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan
intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi
intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama
remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing.
Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana,
menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing.
Tidak bisa
dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing
merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier
seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan
berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan
hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat
berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan
kepribadian lainnya.
Problema berkaitan dengan
perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai
masa social
hunger (kehausan
sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok
sebayanya (peer group). Penolakan
dari peer
group dapat
menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun
sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan
menjadi idola tentunya
ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku
sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat
terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah.
Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya
keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan
dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih
membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis.
Sejalan
dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada
masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan
khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan
penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga
ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma
yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik
nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
Problema berkaitan dengan
perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa
remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak
dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau
identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga
mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan
diri yang sebenarnya.
Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja
dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan
dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif.
Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan
emosinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar